2

Resolusi Lebaran: Menabung Sebelum dan Sesudah Lebaran

 

#ResolusiLebaranKu

#ResolusiLebaranKu

Selamat malam bloggers…

Bulan ramadhan telah kita lewati, nah sekarang saatnya menikmati waktu bersama keluarga di sela-sela libur lebaran. Ada yang memilih untuk mudik ke kampung halaman, liburan ke suatu tempat, atau berkumpul dengan keluarga kecil di rumah tanpa pulang ke kampung halaman.

Ada beberapa hal yang identik dengan lebaran. Salah satunya, yaitu THR. Sudah menjadi tradisi saat hari raya untuk membagi-bagikan ‘angpao’ lebaran atau yang sering disebut dengan THR (Tunjangan Hari Raya). Sebenarnya, istilah THR sendiri digunakan pada konteks pesangon atau ‘gaji’ tambahan menjelang hari raya yang diberikan kepada pekerja atau karyawan. Namun, sekarang ini istilah THR juga digunakan oleh anak kecil dan para remaja sebagai nama lain dari ‘angpao’ lebaran.

Biasanya, semakin tua umur kita, semakin sedikit THR yang diperoleh, hehehe. Dulu, ketika saya masih kecil, THR yang saya peroleh bisa mencapai Rp 400.000,00 lho. Hasil THR tersebut biasanya saya titipkan pada ibu, karena saya adalah tipikal orang yang ‘sedikit-sedikit kepengenan kalo lagi ada uang banyak’. Dengan uang tersebut saya bisa membeli sepatu baru serta peralatan sekolah lainnya sehingga sedikit meringankan orang tua. Wah, rasanya ingin kembali ke masa-masa SD hahaha.

Tapi di umur saya yang sekarang sudah menginjak 18 tahun, boro-boro dapat THR segitu banyak. Malah kadang-kadang saya yang dimintai THR oleh keponakan. Wah, padahal saya sendiri belum bekerja dan menghasilkan uang sendiri. Status masih mahasiswa yang sering bingung memperoleh uang saku tambahan, eh malah dimintai THR. Ckckckck. Disitu kadang saya merasa sedih :(.

Lebaran tahun ini saya harus bisa sebisa mungkin memutar otak supaya tidak tergoda ini-itu karena THR yang saya punya juga tak banyak. Apalagi, saat-saat seperti ini, banyak baju, tas ataupun barang lain yang sangat menggoda iman untuk dibeli. Tapi, saya harus bisa menyesuaikan kebutuhan dengan budget atau uang yang dimiliki. Jangan sampai pengeluaran lebih besar dari pemasukan. Wah, bahaya.

Nah, cara untuk mengatasi supaya kita tidak tergoda barang-barang yang seharusnya tidak kita beli, Cermati mempunyai artikel tips keren dan sangat patut untuk diterapkan bagi kalian yang ingin tahu cara me-manage uang THR dengan baik. Untuk mengetahui lebih lanjut, klik di artikel 5 Cara Bijak Memakai Uang THR.

Salah satu langkah yang saya lakukan untuk mengatur keuangan sebelum maupun sesudah lebaran yakni dengan cara menabung. Menabung sebelum lebaran dapat digunakan ketika ada keperluan mendadak saat lebaran datang. Selain itu, dengan menabung sebelum lebaran, uang yang tadinya untuk membeli barang-barang tidak penting jadi lebih aman jika berada dalam tabungan. Kemarin, sewaktu saya jalan-jalan ke mall bersama kakak, saya melihat ada jaket yang bagus, namun setelah melihat bandrol harganya, saya langsung meletakkan kembali jaket tersebut ke tempatnya. Sebenarnya, saya bisa saja membeli jaket itu, namun mengingat ada hal lain yang jauh lebih penting, saya memutuskan untuk tidak membelinya. Saya biarkan uang saya berada di tabungan supaya aman dan tidak ‘diotak-atik’.

Jika Anda bingung memilih tabungan yang sesuai keinginan, Anda dapat melihat informasi mengenai jenis-jenis tabungan di cermati.com lalu pilih tab menu Simpanan. Setelah mengetahui jenis tabungan dan fasilitas yang Anda dapatkan jika menabung di bank tersebut, tentu Anda tak lagi bingung harus menabung dimana kan?

Nah, setelah lebaran-pun kita harus bisa mengatur keuangan, supaya tidak ada hutang sana-sini akibat belanja yang berlebihan. Lagi-lagi, Cermati punya artikel kece yang sangat membantu nih, 5 Hal yang Harus Jadi Resolusi Keuangan Lebaran Anda.

Lebaran tahun ini saya sedang mengumpulkan uang untuk membayar kos-kosan nih. Ya walaupun belum bisa membayar sepenuhnya, tapi setidaknya bisa membantu orangtua. Hihihi. Semoga saja tabungan saya cepat terkumpul

0

Welcome My Eighteen

From BeBiPro

IMG_20150701_200704

Surprise Konco Eek.

Hari pertama di bulan Juli. Hari dimana ayah dan ibuku begitu bahagia dan tersenyum senang ketika melihatku lahir dengan selamat. Hari dimana aku bisa melihat semesta juga isinya yang tak pernah kulihat sebelumnya di rahim ibu. Hari dimana ayah mengumandangkan adzan di telinga mungilku, lalu mengecup dahiku penuh sayang.

Semuanya berjalan begitu cepat. Rumah, mainan, pun orang-orang yang selalu berada disekitarku entah bersembunyi di belahan bumi bagian mana. Mereka enggan menyapa, mereka lupa wajah dan caraku berbicara. Satu per-satu mereka beranjak dan lebih memilih teman serta lingkungan yang baru.

Hari, bulan, tahun-pun berlalu. Aku tak lagi dapat digendong ayah ketika malas sekolah. Aku tak lagi dapat berlari-larian ketika turun hujan. Aku tak lagi merengek-rengek minta dibelikan mainan yang setelah itu dibuang begitu saja. Aku tak lagi didongengi ibu menjelang tidur. Aku tak dapat lagi. Siklus berputar, pun kehidupanku.

Thank’s God, I got my eighteen.

Kini, aku sudah delapan belas tahun. Bukan waktunya untuk bermanja-manja dan bermalas-malasan. Bukan waktunya untuk menyusahkan bapak dan ibu lagi. Dan sudah waktunya untuk menyelesaikan masalah sendiri.

Semoga di umur yang baru ini, aku bisa mengulangi kembali masa-masa kecil walau tidak sepenuhnya. Berkumpul di tengah kehangatan keluarga, bersandar di pundak ibu sambil mendengarkan ceritanya hingga tertidur. Semoga.

Tuhan, terimakasih. Semoga aku bisa mendapatkan kembali sembilan belasku dan seterusnya. Amin.

2

Tentang Puasaku

Hari kedua puasa nih guys, gimana rasanya? Bisa nahan nafsu buat nggak mesra-mesraan sama pacar kan? Tapi, masih bisa nahan buat nggak stalking gebetan nggak nih? Apa udah beralih ngestalk lembar-lembar Al-Qur’an? Subhanallah…

Sayangnya gue nggak kebagian puasa pertama nih. Ya, biasalah cewek. Dapet periode bulanan. Yang lain puasa, gue malah ngemilin remahan roti beberapa minggu yang lalu. Nggak tau udah kadaluwarsa apa belum. Nggak ding, gue cuma minum air putih hampir setengah galon sampe bolak-balik kamar mandi.

Sebenernya, ini pertama kalinya gue ngerasain ramadhan di Semarang. Tapi, bukan pertama kalinya di kota orang sih, soalnya sebelumnya gue udah pernah ngerasain ramadhan di Cilacap. Ya, pas waktu Praktek Kerja Lapangan (PKL) kelas tiga SMK dulu. Jadi, gue udah terbiasa ngapa-ngapain sendiri. Ya, jomblo emang mandiri *eh*.

Tapi, ada kalanya gue kangen buka bareng keluarga. Bikin es kopyor bareng kakak gue yang hasilnya malah fail total. Nyicipin kolak pisang diem-diem pas ibu lagi mandi. Beli takjil macem-macem, yang pada akhirnya malah nggak kemakan gegara udah kekenyangan. Main petak umpet sebelum tarawih sampe adzan isya. Mbawain jajan buat dimakan pas sholat tarawih. Pokoknya, tas mukena multi fungsi. Bisa buat isi mukena, bisa juga buat isi jajan sama buku ramadhan.

Huh, jadi kangen puasa di rumah bareng keluarga.

Tapi kalo misalnya gue ngelakuin hal-hal tadi di umur gue yang udah setengah mateng ini, kayaknya nggak mungkin deh. Bayangin aja, gue ngemilin mie instant di dalem masjid pas sholat tarawih. Yang ada, gue disindir sama mbah-mbah yang sholatnya shaf paling belakang. Terus, kalo gue main petak umpet, pas berhasil nemuin musuh pertama kali, nanti malah bilang ‘Kamulah jodohku. Sejauh apapun kita dipisahkan, Tuhan pasti akan mempertemukan kita.’ Ya, jomblo memang begitu dramatis.

Jaman sekarang udah nggak hits tuh main petak umpet. Yang lagi ngetrend, saling pamer gadget ke temen-temennya. Asik-asikkan selfie, terus diupload di facebook, twitter, instagram dan sekawannya, pake caption ‘Tarawih perdana. Bismillah, semoga berkah ya Allah.’ Kalo minta berkah kenapa harus diupload di sosmed? Dikira Tuhan sosmed-an juga? Heish.

Bulan ramadhan kadang juga dijadiin buat ajang modus ke gebetan. Dulu, waktu gue kelas dua SMK, abis sholat tarawih banyak cowok-cowok yang nongkrong di depan pagar masjid demi nyapa gebetannya atau bahkan pulang bareng. Abis itu mereka mampir dulu ke warung kopi sambil ‘sok’ ngobrolin tugas atau ceramah pak kyai tadi. Yang cowok lengkap dengan sarung dan pecinya, yang cewek lengkap dengan atasan mukenanya. Ya, modus emang sesederhana itu.

‘Oh, besok tugasnya Pak anu? Biarin lah paling juga dia nggak inget.’

‘Oh, pesantren kilat? Gampang lah nggak ada pelajaran kan?’

‘Lo tadi nyatet ringkesan ceramahnya pak kyai kan? Gue nyontek dong.’

Pas ngembaliiin bukunya, ternyata ada kertas kecil nyelip ‘Lo kemarin belum bayar utang pas di warung kopi kan?’

Yah, ternyata yang cowok orangnya perhitungan banget, padahal ceweknya udah baper dikira mau ditembak.

Baper adalah singkatan dari bawa perasaan. Pokoknya, apa-apa ditanggepin pake perasaan. Biasanya, cewek-cewek sering banget baper ke gebetannya. Disapa, baper. Ditawarin pulang bareng, baper. Dikenalin ke orangtua, juga baper. Ini kenapa jadi mbahas baper?

Nah, biasanya pas bulan ramadhan gini, banyak orang yang dehidrasi pas siang bolong gara-gara minum sedikit air putih pas buka dan sahur. Makanya, jangan lupa banyak-banyakin minum air putih, guys. Jangan cuma minum es cincau atau sekawannya. Yang ada nanti kalian kena kanker yang disebabkan oleh kelebihan mengkonsumsi cincau. Hiiii serem kan?

Ya udah deh, gue mau wifi-an dulu di kampus sampe adzan maghrib nanti. Barangkali aa yang ngajakin buka bareng, gitu. Kan lumayan, hemat pengeluaran.

Salam tahan nafsu. Dadah paha, dari mbak-mbak KFC.

2

Yuk, Budayakan Menabung

Akhir bulan keuangan menipis, sedangkan kebutuhan yang harus dipenuhi semakin berdesakan?  Menabung bisa menjadi salah satu solusi untuk menyimpan ‘sedikit’ sisa uang kalian. Nah, sisa uang alias simpanan ini bisa dijadikan sebagai alternatif jika Anda kekurangan uang saat akhir bulan atau kapanpun.

Menabung juga biasa dilakukan karena ingin membeli sesuatu yang sangat berarti dengan harga yang cukup fantastis bagi kita. Supaya bisa membeli barang itu, kita rela menyisihkan uang setiap harinya. Entah itu pakaian, tiket konser, atau sepatu yang sedang limited edition.

Dulu ketika masih SMK, saya sering menyisihkan uang receh lima ratusan  dan menyimpannya di botol plastik air mineral yang diberi lubang kecil. Tapi, ada saja keperluan yang harus dipenuhi sehingga botol tersebut tak kunjung penuh. Entah itu untuk makan (sejak SMK saya sudah nge-kos), beli buku, atau iuran kelas. Kemudian, saya mencari cara bagaimana supaya saya bisa menabung dengan efektif. Nah, saya beralih untuk menabung di bank sekolah. Kalau sering ngambil uang di bank kan pasti malu, pikir saya waktu itu.Tapi, lagi-lagi cara ini tidak benar-benar membuat saya rajin menabung. Saya jadi jarang menabung dan menyimpan uang tabungan di dompet. Alhasil uang tersebut selalu dipakai untuk membeli kebutuhan yang sebenarnya tidak terlalu penting.

Alhamdulillah, sekarang saya bisa menabung walaupun uang tabungannya belum seberapa. Yang terpenting, bisa menabung sedikt-demi sedikit dan nantinya akan bertambah banyak. Nah, kali ini saya akan berbagi tips-tips menabung. Yuk, dibaca dan dipahami.

  1. Sisihkan uang kembalian

Ketika pergi berbelanja, kita sering mendapatkan uang receh kembalian dari kasir. Kumpulkan uang receh tersebut dan simpan pada sebuah celengan. Nah, untuk kalian para remaja bisa menitipkan celengan tersebut ke orang tua kalian, supaya lebih aman. Dengan kebiasaan mengumpulkan uang receh, tabungan yang kita miliki dapat bertambah. Kumpulkan juga uang receh dari saku pakaian atau celana. Banyak dari kita yang memiliki kebiasaan menyimpan uang kembalian begitu saja di saku pakaian atau celana dan mengabaikannya begitu saja.

  1. Memiliki Rekening Tabungan

Setelah uang di celengan terkumpul banyak, segera simpan uang tersebut di bank. Tujuannya, agar uang tersebut lebih terjamin keamanannya. Kalau perlu, pilihlah tabungan berjangka, yaitu tabungan yang hanya bisa diambil pada jangka waktu tertentu. Atau, pilihlah tabungan yang memiliki jumlah ATM terbatas dan hanya berada di tempat tertentu. Nah, dengan tabungan berjangka dan bank yang memiliki keterbatasan ATM ini, Anda bisa menunda keinginan untuk membeli keperluan yang tidak terlalu penting dan mengutamakan kebutuhanmu yang mendesak. Bingung memilih jenis tabungan yang tepat? Bukalah website cermati.com. Cermati menyediakan informasi mengenai jenis tabungan mulai dari tabungan bisnis, tabungan anak, dan lain-lain. Tidak hanya itu, Cermati juga menyajikan artikel-artikel finansial yang tentunya sangat bermanfaat bagi kita.

  1. Minimalisir Pengeluaran

Untuk kamu yang terbiasa boros dan menghambur-hamburkan uang, pastikan setelah ini Anda berhemat-ria. Minimalisir pengeluaran Anda dan belilah barang yang benar-benar dibutuhkan. Catat pengeluaran supaya Anda mengetahui berapa banyak pengeluaran dalam jangka waktu tertentu. Biasakan berpuasa Senin-Kamis, olahraga supaya tidak cepat sakit, serta gunakan transportasi yang murah.

  1. Gunakan sebagian penghasilan anda untuk bisnis

Bisnis adalah salah satu aset masa depan yang cukup menjamin. Sisihkan sebagian penghasilan kalian untuk berbisnis. Dengan menyisihkan uang anda untuk berbisnis, tentu uang tersebut akan bertambah sesuai dengan keberhasilan bisnis yang kita lakukan. Pastikan bisnis yang Anda jalankan adalah bisnis yang dapat memberikan keuntungan yang stabil. Maka dari itu, sebelum memulai bisnis, carilah informasi mengenai bisnis sebagai panduan awal. Anda bisa mengakses tips melakukan bisnis, dan hal-hal mengenai bisnis lainnya di cermati.com.

  1. Tetap konsisten dalam menabung

Nah, hal terakhir ini yang biasanya sulit dilakukan oleh kebanyakan orang, termasuk saya. Menabung harus dilakukan secara konsisten, walaupun jumlah uang yang ditabungkan hanya sedikit. Jadi, kita harus mematok target, misalkan setiap minggu saya harus menabung minimal Rp. 10.000,00. Setelah menarget, tentunya kita harus menabung sesuai target dan dilakukan secara rutin.

Ya, itu tadi beberapa tips menabung dari saya. Semoga kita semua bisa terus konsisten menabung. Walaupun sedikit, kan lama-lama menjadi bukit. Yuk, Budayakan menabung.

“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Share Tips Menabungmu bersama Blog Emak Gaoel dan Cermati”

Buat kalian yang ingin ikuatn loma ini juga, bisa klik disini ya 🙂

Lomba Blog Share Tips Menabungmu

Lomba Blog Share Tips Menabungmu

0

Naik-naik ke Puncak Andong

Negeri di atas awan.

Negeri di atas awan.

CIMG1479

Tendaa~~

Tendaa~~

H-a-i guys! Beberapa minggu lalu gue bareng 13 temen gue ndaki ke Gunung Andong, Magelang. Gue yang emang bener-bener awam tentang muncak, akhirnya nge-iyain aja pas diajakin temen gue. Ngajakinnya mendadak banget. Diajak hari malem Jumat, berangkat muncaknya Jumat siang jam 3. Oke. Without prepare.
Namanya juga Indonesia, nggak afdol kalo nggak ngaret. Janjian jam 2, eh baru berangkatnya jam 3 #ItsIndonesia. Gue, diboncengin sama salah satu temen gue, Dian. Kita bener-bener belum pernah kesana dan cuma ngandelin Google Maps sama tanya-tanya warga sekitar. Waktu temen gue, Eka tanya sama salah satu warga dijawab gini “Oh, Andong? Coba mbaknya lurus, terus pertigaan ini ada pasar, belok kiri mbak. Nah coba tanya orang-orang yang ada disitu.” Ibunya ngejawab dengan muka polos tak bersalah. Gue cuma mesem datar, sambil ngucapin makasih dengan nada terpaksa.
Setelah muter-muter, akhirnya kita nemu pertigaan yang ada plang “Basecamp Sekar Arum”. Dengan muka bahagia yang berlebihan, kita langsung masuk dan nemuin juru kuncinya. Kita disuruh ngisi data-data sama istirahat dulu. Nyampe di basecamp sih pas Maghrib, dan kita berencana buat muncak abis Isya. Setelah selesai sholat sama siap-siap, gue sama temen-temen langsung berangkat ndaki penuh semangat 45. Gue sih mikirnya nggak bakal capek-capek banget kali ya, soalnya kata Rian Gunung Andong ini nggak tinggi-tinggi banget. Cocok lah buat pemula macem gue. Gue-pun makin pede buat muncak.
Di track awal, kaki gue udah berasa mau copot. Tanahnya dibikin kayak tangga gitu, dan jaraknya jauh. Gue sampe mikir, jangan-jangan jalannya sampe puncak tangga gini terus. Soalnya, tangga yang dilewatin nggak kelar-kelar. Udah kayak tembok raksasa Cina aja.
Nafas gue ngos-ngosan, susah banget ngaturnya. Apalagi ndakinya malem, berasa rebutan oksigen deh sama pohon. Sempet beberapa kali break, buat ngelurusin kaki atau minum. Gue yang emang nggak ada persiapan, bener-bener ngerasa capek, padahal belum setengah perjalanan. Sampe di pos 1, kita istirahat sebentar sambil makan perbekalan. Pemandangan dari atas pas malem hari bener-bener indah banget. Sayangnya, gue nggak sempet moto, males ngubrek-ngubrek kamera yang nyempil di dalem tas.
Kita jalan lagi, dan ternyata makin ke atas, track-nya makin ekstrim. Jalannya nanjak banget. Gue sempet tepar disini. Rasanya gue pengen beli napas. Gila, nggak tau kenapa, dadanya sesek banget buat napas. Lemah banget ya, gue. Dengan nafas yang panjang pendek kayak sempritan morse, gue minta lanjut aja jalannya. Kasian kan, kalo istirahat mulu nggak nyampe-nyampe nanti.
Setelah sampe di pos 2, kita mutusin buat break (lagi), soalnya kabutnya tebel banget. Jadi, kita mutusin buat istirahat sampe nungguin kabutnya menipis. Sambil nggelar tiker, kita canda-candaan gitu. Gila, gue nggak abis pikir sama Nyem, dia tenaga kingkong kali ya. Udah ndakinya strong, masih aja bercandaan sama nyanyi-nyanyi sepanjang jalan. Sedangkan gue, buat napas aja kewalahan.
Nah, pas kabutnya menipis, kita lanjut lagi tuh muncaknya. Gue ngerasa tenaga gue agak pulih dan bisa jalan pake tongkat layaknya nenek-nenek. Ya, abis track-nya ekstrim banget. Kalo nggak pake tongkat, bisa nggak seimbang dan bisa jatuh ke bawah, lho. Hiiiiii.
Tadinya kita mau neusin jalan lagi sampe ke puncaknya. Tapi, diliat-liat disana udah penuh tenda, dan kita nggak mau ambil resiko udah nyampe sana nggak dapet tempat buat ndiriin tenda. Akhirnya, kita ndiriin tenda di tempat yang agak landai, dan mutusin buat muncak besok pagi jam 5.
Gue langsung masuk tenda pas tendanya udah jadi. Besemayam di dalem sleeping bag, tidur deh. Walapun udaranya dingin banget, tapi nih badan bisa tidur juga. Capek sih, haha. Anak-anak cowok malah belum pada tidur. Mereka masak mie karena saking lapernya. Sebenernya gue juga laper sih, tapi gue juga pengen tidur. Nungguin mereka nyalain kompor aja lama banget, hehuheuu~~.
Paginya, gue sama temen-temen langsung jalan lagi, buat ke puncaknya. Sampe sana, nggak nyesel deh pokoknya. Lo bisa liat sunrise, sama pemandangan bawah yang super keren. Kaki gue udah nggak kerasa capek lagi. Rasanya gue nggak nyesel capek-capek buat sampe ke puncak.
Pokoknya, pengalaman muncak gue yang pertama ini bener-bener amazing. Ya, walau bukan muncak ke gunung yang ngehitz kayak Merbabu, Merapi, atau Semeru. Tapi suatu saat, gue pengen muncak lagi, bareng temen-temen gue tentunya. Emang bener apa yang dibilang orang-orang, kalo muncak itu nguji kesetiakawanan temen kita dan ngajarin kita buat nggak egois. Kalo lo capek, nggak kuat buat jalan ya ngomong. Jangan nggedein ego lo, jangan sok kuat. Mending break sebentar kan, daripada lo nanti pingsan di tengah jalan dan malah nyusahin temen-temen lo. Kebanyakan orang nggak bisa sampe puncak gara-gara egonya.

Nah, itu sedikit cerita gue dari hasil muncak kemarin. Yuhuuu babay~~

0

Dear The Finest Tree…

Yuhuuuu #3YearsOfTHEFINESTTREE Yeay hai ini hari bersejarah buat forester! Yap. Tepat hari ini, The Finest Tree genap menginjak umur 3 tahun guys. Ya Allah, perasaan baru kemarin gue sama anak forester lain main hestek #2Years2Gether eh sekarang udah 3 taun aja. Waktu emang cepet banget berjalan ya. Padahal, belum bisa move on dari si doi *aduh*.

Pokoknya gue bangga banget punya idola macem Cakka sama Elang. Berkat TFT, gue bisa kenal sama forester dari luar kota, bahkan luar pulau. Gue belajar banyak sama mereka. Kekompakan, kebersamaan, curhat-curhatan, dan masih banyak hal lain yang kita lakuin.

Gue sendiri ngefans sama TFT pas kelas 1 SMK sih, dan waktu itu gue masih kudet parah. Nggak tau twitter dan bisanya cuma ngubek-ngubek facebook & friendster. HAHAHA ketauan banget tuanya.

Jadi gini, dulu temen gue tuh ada yang nge-fans banget sama Al. Nah, karena naluri kekepoan gue muncul, gue-pun ikutan buka fanspage-nya Al di facebook. Pas gue liat-liat, disitu adminnya suka bikin FF dan taraaa!! Gue nemuin nama Cakka nyempil disana, jadi temennya Al ceritanya. Nggak tau kenapa, gue langsung search tuh di google tentang Cakka. Eh pas diliat-liat kok ganteng. Kok keren. Kok suaranya bagus. Kok jomblo *eh*.

Mulai dari situlah gue suka sama Cakka. Benih-benih cinta muncul diantara kita *eaakk*. Gue jadi suka ngoleksi foto Cakka. Gue suka nontonin video dia di youtube. Dan gue baru sadar kalo dia tuh alumni idola cilik. Yhaa dulu gue jarang-jarang sih nonton idola cilik. Nonton juga yang gue tau cuma atu dua. Kiki, Angel, Ify, Gabriel sama Sivia. Yang lain gue lupa namanya *maapkeun*. Tapi setelah ngefans sama Cakka, gue jadi suka cari-cari info juga tentang anak-anak IC lain.

Akhirnya setelah bertapa di sarkem, eh ngga deng. Di NRG House maksudnya. Gue memutuskan buat bikin twitter *yaelah* dan gue juga nggak langsung mak gedebug (re: tiba-tiba) nemu FP-nya TFT. Tapi setelah melalui perjalanan yang berliku-liku, gue-pun nemu dan langsung ngefollow. Waktu itu pernah juga gue ngetweet dan ternyata dibales sama Masel. OMG gue aja syok sampe senyum-senyum sendiri sepanjang jalan. Dan sejak hari itu, gue semakin suka sama mereka. Iya.

Gue mulai ngefollow para CLs (C~LUVers) dan ternyata mereka asyik-asyik banget. Mereka baik, gokil, lucu dan absurd. WKWKWKS. Gue masih inget sama si Quinta anak CLs pertama yang gue kenal lewat twitter. Dan sekarang entah, gue kangen sama lo dek *kirimin buket bunga ke Bandung*.

Semakin hari semakin banyak anak CLs yang gue kenal. Dari yang lebih tua sampe yang lebih muda dari gue. Dulu, gue sering banget chat sama Ade. Curhat, nge-gaje, gosipin orang, kirim-kiriman vn, bangunin sahur. Dan sekarang kita udah jarang banget chat. Gue. Kangen. Banget.

Gue juga sering ngeliatin Ayu pacaran sama Vhey di facebook. HAHAHA yaampun emang absurd banget bocah bocah itu. Ketemu pertama kali sama anak CLs, si Timmy. Yaampun, sehat Mi? Gue juga pernah dicurhatin sama Ika yang dulu ngegalo sama pacarnya eh tapi sekarang malah lengket banget. Gue juga pengen kali NYAHAHA. Gue inget, jadi suami simpenannya Maya *eh*. Komen komenan absurd sama Indah, Opa, Mak Lene. Kenal sama qaqa Lastri yang cantique haha. Paus yang nge-support gue buat terus nulis. Ngelanjutin Difficult yang gue sendiri nggak tau bakal dilanjut kapan:p. Eiz manusia setengah bola yang super gila. Mita, yang udah ngasih rekomendasi cerita cerita keren di wattpad. Yunis, wadon ala-ala rock style, wkwk. Cinthya, Ripah, Anggi, Efrina, Arum, Amel, Bibul, Leli, Dinda, Fancha, Kusnul, Qiqil, Sayum dan masih banyak CLs lain yang tentunya nggak bisa gue tulis satu per satu.

Intinya, gue jadi punya buaaanyyyaakk temen. TFT udah mempersatukan para forester dari Sabang sampai Merauke deh.

Finally, semoga di umur yang ketiga ini kalian semakin sukses. Semakin bisa bikin forester bangga. Tetep jadi Cakka yang suka ngibasin rambut kalo nyanyi. Tetep jadi Masel yang suka monyong-monyongin bibir pas main gitar. Pokoknya, tetep jadi kalian yang rendah hati dan ramah sama forester.

Kita bersama, meleburkan beda. Kita bersama, memahai semuaJ

Semarang, 20 Maret 2015

0

One day with Doraemon

Aku mendapati diriku sedang berada di ruangan kosong yang sangat asing. Ruangan bercat putih ini dipenuhi pajangan dinding yang begitu artistik. Ada sebuah lukisan yang menarik perhatianku. Lukisan yang menggambarkan seorang penyihir tua sedang melayang bebas menggunakan sapu terbang. Senyum tipis tercetak pada kedua belah bibirku, membayangkan jika dirikulah yang menaiki sapu terbang itu.

Ketika tanganku mulai menekuri setiap sudut lukisan itu, terdengar sebuah suara memenuhi ruangan. Sontak aku menurunkan tanganku dan mengalihkan pandangan menuju pintu kayu jati yang kini tengah terbuka lebar.

“Hai! Kau tertarik dengan lukisan itu, hm?” ucap orang itu sambil terus menatapku. Eum… Bukan orang. Ia lebih mirip seekor kucing berukuran jumbo. Aku seperti sering melihatnya.

“Doraemon?” jeritku setelah berusaha mengingatnya. Ya! Siapa lagi tokoh kartun yang sangat familier dan digemari anak-anak hingga orang dewasa ini kalau bukan Doraemon? Astaga, ku kira selama ini Doraemon hanya ada di dunia fiksi dan tak pernah ada. Namun, kini sosoknya berdiri tiga meter di hadapanku. Nyata, dan bisa kusentuh.

“Kau ingin terbang seperti itu?” aku yang masih kaget hanya mengangguk bodoh.

“Ayo, kutunjukkan sesuatu padamu,” ia menggiringku menuju jendela, dan mengeluarkan sebuah benda dari kantong ajaibnya. Baling-baling bambu.

“Baling-baling bambu?”

“Iya. Ayo keluar. Nobita dan lainnya sudah menunggu di luar,” ujar Doraemon sambil menyerahkan baling-baling bambu padaku. Aku memasangnya di atas kepala dengan canggung.

“Siap untuk terbang?” tanya Doraemon. Aku yang sedang berdiri di tengah kusen jendela hanya mampu memandang ke bawah. Aku memejamkan mata, menelan rasa takut yang menyebar Kemudian, sebuah tarikan lembut membawaku terbang. Kini, aku melayang. Dan hebatnya lagi, aku bisa melihat Doraemon, Nobita, Shizuka, Giant dan Suneo. Ya Tuhan, mereka terlihat sangat real.

Berjam-jam aku dan mereka menghabiskan waktu mengelilingi angkasa untuk sekedar melihat-lihat, atau menyapa burung yang berlintasan. Aku bahkan sempat menyentuh lembutnya awan, kemudian menyobeknya sedikit dan kusimpan dalam saku celanaku. Setelah ini aku akan menunjukkan awan ini pada teman-temanku. Pasti mereka akan iri habis-habisan padaku.

Setelah senja tiba, kami memutuskan untuk istirahat di sebuah gumpalan awan yang cukup besar. Kami juga menyantap makanan lezat dari kantong Doraemon. Ah, Akhirnya aku merasakan nikmatnya dorayaki. Sungguh, bahkan rasanya lebih enak dari martabak yang sering kubeli di depan sekolah.

“Aku pikir, kalian semua hanya ada di film kartun. Ternyata, kalian benar-benar nyata. Aku sangat bahagia bisa bertemu kalian,” Aku menatap mereka satu per satu.

“Persahabatan kami di film memang sudah berakhir. Namun, persahabatan kami sesungguhnya masih ada,” ucap Doraemon dengan sendu.

“Disini,” lanjutnya, sambil menunjuk dadanya.

“Kau harus bisa menjaga persahabatanmu, ya. Apapun yang terjadi,” ucap Nobita. Aku hanya menganggukkan kepala dengan patuh.

“Mari, kami antar kamu pulang,” kali ini Giant yang bersuara. Belum sempat aku berkata, tiba-tiba semuanya berwarna putih dan berputar-putar. Aku merasa ada sesuatu yang menarik tubuhku. Setelah kubuka mataku, hal pertama yang kulihat adalah kamarku. Iya, kamarku yang masih berantakan, dengan laptop yang masih menyala.

Aku segera berdiri, dan berjalan dengan cepat menuju jendela. Namun, aku tak menemukan Doraemon di luar. Kemudian, kurogoh saku celanaku dan bergerak-gerak mencari sesuatu. Dan, yang kutemukan hanya sebuah kapas. Aku semakin bingung. Tatapanku beralih pada layar laptop yang masih menyala, menampilkan credit title film Stand By Me Doraemon yang tadi tengah kutonton. Jadi, tadi aku hanya bermimpi?

Aku menghela nafas panjang. Aku bergerak untuk mematikan laptopku. Doraemon dan teman-temannya, mimpi terindah yang kualami. Sayangnya, Doraemon itu tidak ada.

0

Aku merindukan kalian, MM2

Kita pernah melangkah bersama

Menaburkan harap untuk masa depan

Kita pernah sama-sama berjuang

Dihujami berbagai halang rintang

Menelusuri jalan yang saling berhimpit

Namun kita tak enggan untuk saling menopang

Saling menyalurkan energi

Kita pernah kehilangan desiran semangat

Namun masing-masing dari kita saling menguatkan

Adalah sahabat, orang yang sebenar-benarnya memahami kita

Merengkuh bahu kita saat kita kehilangan energi

Menampung segala kesah kita

Adalah kita, satu kesatuan utuh

Bagai pohon terbaik dengan akar kokohnya

Dengan ranting yang menjalar, meneduhkan

Juga daun yang selalu haus akan embun pagi

Seperti itulah kita

Kokoh, saling melindungi, dan selalu optimis

Tak selamanya kita bisa hidup bersama, berjalan beriringan penuh tawa

Kita yang menentukan pilihan hidup sendiri

Kita yang tau kemana arah langkah kaki ini akan dibawa

Terimakasih telah sudi untuk singgah dalam hidupku

Terimakasih keluarga keduaku, MM2

Aku tunggu cerita tentang kesuksesan kalian kemudian hari.

0

SENJA

Disini kami bertemu. Aku dan dirinya di senja waktu itu. Diiringi alunan gemerisik musik alam dan temaram semburat cahaya ungu senja. Kami bertaut dalam sunyi. Lalu, tatapan kami bertemu dalam diam. Masing-masing sibuk mengartikan tatapan onyx dan emerald itu.
Shilla kembali membidikkan kameranya pada siluet senja. Ini sudah jepretan yang ke enambelas, namun ia tidak pernah bosan melihat gambar tersebut. Sejenak ia berhenti membidik dan menatap cukup lama pada matahari yang mulai beringsut kembali ke peraduannya. Ia tersenyum lepas seolah tanpa beban.
“Mengapa senja selalu bisa menghipnotis siapapun yang melihatnya? Apakah ia memiliki medan magnet tersendiri yang membuat orang-orang bisa tertarik padanya?” Shilla bergumam sambil terus menatap kedepan.
“Karena senja sangat sempurna. Ia hampir tidak memiliki kekurangan secara fisik. Ia selalu bisa memukau orang yang melihatnya.Yaa contohnya lo sendiri,” entah dari mana asalnya suara itu, tapi Shilla merasa ia ada di belakangnya. Dengan gerakan perlahan, Shilla segera menengok kebelakang. Hal yang pertama kali ia lihat adalah muka seorang laki-laki yang pucat sambil tersenyum ramah. Bahkan Shilla hanya bisa diam mematung tersihir oleh senyumannya itu.
“Se…sejak kapan kamu disini?” Shilla bertanya dengan suara bergetar.
“Hey..kenapa lo kelihatannya takut? Gue bukan setan kok.”
“Ya.. gue juga biasa ke tempat ini kalau pas matahari terbenam, karena gue juga nggak mau kehilangan momen indah kayak gitu,” lanjutnya disertai cengirannya yang menurut Shilla cukup konyol.
Shilla hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Saat ia melirik jam tangan yang melingkar di tangan kanannya, ia baru sadar kalau sudah jam 6 sore.
“Gue Cakka, lo?” laki-laki tadi mengulurkan tangannya dihadapan Shilla. Perlu waktu cukup lama bagi Shilla untuk merespon tindakan Cakka barusan. Dengan ragu, Shilla menerima uluran tangan Cakka.
“Shilla,” ucapnya sambil tersenyum manis.
“Ya… sebenernya gue udah tau lo sih, hehe. Secara lo kan adik kelas gue,” Cakka menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Berarti Kakak sekolah di SMA Global Jaya? Pantes kayak pernah liat.”
Cakka kembali mengeluarkan cengiran konyolnya itu. Cengiran yang sangat khas pada diri Cakka. Lalu, pertemuan ini merupakan awal kisah klasik antara kedua remaja tersebut.
***
“Hey Shill!” tanpa menengokpun Shilla sudah tau siapa yang memanggilnya barusan. Ya! Suara bariton itu sudah terekam jelas di memori otaknya.
“Iya kak, kenapa?”
“Sendirian?” Cakka tampak terengah-engah begitu di depan Shilla. Ia segera mengusap keringat yang bercucuran di dahinya.
“Enggak, kan sama Kak Cakka sekarang,” ucap Shilla santai.
“Yaiyalah sekarang sama gue, maksudnya lo pulang sendirian? Bareng gue aja yuk!” ujar Cakka sambil menaik turunkan alisnya, namun Shilla tampak berpikir.
“Udah ah yuk kelamaan mikir deh lo,” Cakka menarik tangan kiri Shilla menuju ke parkiran.
“Yee aku kan belum nge-iyain Kakak udah main tarik aja,” tukas Shilla memasang tampang cemberutnya.
“Lo kalo monyong-monyong gitu udah kayak bebek noh.”
“Ih apa banget deh nggak lucu tau! Shilla mau pulang sendiri aja ah!”
“Eh jangan ngambek dong ntar cantiknya luntur loh,” Cakka merangkul Shilla sambil menatapnya dalam.
“Iya deh iyaa,” Shilla menundukkan wajahnya yang memerah. Ia sudah cukup salah tingkah karena Cakka yang menatapnya barusan.
“Ya Tuhan… perasaan apa ini?” batin Shilla.
Senja telah menciptakan peristiwa yang tidak bisa dihitung dengan jari tangan. Senja membuatku merasakan sepercik kebahagiaan. Entah sejak kapan rasa ini tercipta. Rasa ini nyata, namun seakan semu. Rasa ini membuncah dalam diam. Rasa ini bagaikan candu bagiku.
Entah mengapa, Cakka sudah seperti menjadi candu baginya. Senyumannya, cengiran khasnya, caranya berbicara, dan masih banyak hal lain yang membuat Shilla diam-diam menaruh rasa pada Cakka. Rasa yang sudah mengendap dalam beberapa kurun waktu.
Sejak pertemuan mereka waktu itu, kini Shilla dan Cakka menjadi sangat akrab. Mereka juga sering menyaksikan senja di danau belakang rumah Shilla. Seiring bertambahnya frekuensi pertemuan diantara keduanya, semakin berkembang pula perasaan Shilla pada Cakka.

“Kadang-kadang Kakak ngerasa iri nggak sama senja. Ia bisa sempurna. Ia bisa membuat orang-orang yang melihatnya langsung jatuh cinta padanya, hm?” tanya Shilla yang duduk tak jauh dari Cakka.
“Rasa iri itu pasti ada, tapi kalau dipikir-pikir, setiap orang pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ya, kelebihan senja, ia mampu menyembunyikan segalanya dengan keindahan dirinya itu. Tapi, kalau mendung datang, keindahan senja itu tergantikan oleh buliran hujan. Sama seperti manusia. Mereka sangat pintar menyembunyikan perasaannya dibalik senyumnya. Kita nggak pernah tau perasaan orang itu. Ya.. Cuma orang-orang hebat yang bisa setegar dan mampu melakukan itu,” Cakka berceloteh panjang lebar. Dalam diam, Shilla mengiyakan kata-kata Cakka barusan. Ia bahkan masih mampu bertahan mencintai Cakka secara diam-diam. Ia bahkan mampu menaruh rasanya yang tak kunjung terbalaskan. Ya, seperti yang diucapkan Cakka tadi, ia makhluk yang hebat dan tegar.

***
Kedekatan Cakka dan Shilla sudah berlangsung tiga bulan. Bahkan banyak beredar gosip bahwa keduanya sudah berpacaran. Namun, baik Cakka maupun Shilla sering mengelak jika ditanya oleh teman-temannya. Sebenarnya Shilla sangat sakit saat mendengar Cakka berkata ‘Gue nggak ada apa-apa kok sama Shilla’ , ‘Ah Cuma gosip tuh’ , ‘Jangan ngaco ah, gue udah nganggep dia kayak adik gue sendiri’ dan masih banyak ucapan lain yang mengiris ulu hati Shilla. Terkadang, ia merasa manusia paling bodoh karena telah mencintai laki-laki yang sudah jelas tidak mencintainya. Tapi, kenapa selama ini Cakka seakan menaruh harapan pada Shilla? Harapan yang pada akhirnya pias seiring berjalannya waktu.
“Eh Shill, tadi lo dicariin sama Kak Cakka tuh di kelas, eh malah nggak taunya lo semedi disini,” Shilla yang tengah asyik melamun dikagetkan oleh suara teman sebangkunya, Sivia.
“Via lo ngagetin gue aja sih. Eh tapi lo nggak bilang kan sama Kak Cakka kalo gue lagi di perpus?” Shilla tampak was-was jika Via memberitahu keberadaannya pada Cakka, karena untuk sementara waktu ini ia ingin mejerihkan pikirannya dulu dari bayang-bayang Cakka.
“Ya enggak lah, kan gue nggak tau kalo lo lagi si perpus. Shill, kenapa sih kayaknya akhir-akhir ini lo ngejauhin Kak Cakka deh. Lo lagi ada masalah sama dia?” ucap Via sambil duduk di depan Shilla.
Shilla masih diam. Ia tidak tau harus menjawab apa. Sebenernya memang ada masalah, dan masalahnya adalah ternyata Cakka hanya menganggapnya sebagai adik, tak lebih, seperti yang Shilla harapkan. Tapi itu memang sudah resikonya. Resiko yang harus Shilla terima karena sudah menaruh harapan berlebih pada kakak kelasnya itu.
“Hellooo Ashilla lo masih idup kannn?”teriakan Via membuat lamunan Shilla buyar seketika.
“Sialan lo vi, iya gue masih disini lah.”
“Terus lo kenapa jauhin Kak Cakka? Kalo kalian lagi ada masalah, lo bisa cerita sama gue. Seenggaknya dengan cerita ke gue bisa ngeringanin beban lo,” Via menatap Shilla dengan intens.
Shilla tampak berpikir sebentar. Benar juga dengan apa yang dikatakan Via barusan, mungkin perasaannya bisa jauh lebih lega bila ia cerita dengan Via. Akhirnya Shilla menceritakannya pada Via secara runtut, mulai pertemuan pertama mereka, kedekatan mereka akhir-akhir ini, hingga klimaksnya, perasaan Shilla yang tak terbalaskan.
“Gue emang manusia terbego vi, bisa-bisanya gue suka sama orang yang cuma nganggep gue sebagai adiknya. Rasanya sakit vi… dan mulai sekarang gue bakal ngejauhin dia. Gue nggak mau perasaan ini berlaut-larut,” ucap Shilla mengakhiri ceritanya.
“Lo nggak salah kok Shill. Jatuh cinta itu hak setiap orang. Nggak ada yang bisa nglarang lo buat suka sama Kak Cakka. Tapi kalo emang udah keputusan lo buat njauhin Kak Cakka, gue nggak bisa nglarang lo. Mungkin ini udah waktunya buat lo move on Shill,” Sivia merangkul Shilla yang tengah menangis sesenggukan.
“Dan satu lagi, stop crying Ashilla! Apalagi karena cowok. Nggak kece tau,” Sivia melepaskan pelukannya pada Shilla, dan mengerlingkan sebelah matanya.
Sudah menjadi kebiasaan Shilla sekarang. Ketika bel pulang sekolah ia langsung pulang ke rumah, dan saat istirahat ia langsung menuju ke perpustakaan. Ia sudah membulatkan tekadnya. Ia benar-benar ingin melupakan Cakka.
“Katanya sih Angel mau pulang dari Australia vin bulan ini,” Shilla sempat mendengar percakapan antara Cakka dan Alvin saat di tepi lapangan basket.
“Terus? Kenapa lo kok keliatannya nggak bahagia gitu? Dia kan pacar lo.”
Deg. Apa Shilla tidak salah dengar? Angel? Pacarnya Cakka? Ya! Angel itu kakak kelas Shilla waktu SMP. Memang orangnya cantik dan baik, pantas kalau Cakka menyukainya.
‘Oke gue cukup tau. Jadi selama ini Kak Cakka emang udah punya pacar?’. Shilla segera melangkah meninggalkan mereka diam-diam. Ia tidak ingin mendengar kemungkinan hal lain yang akan lebih menyakitkan hatinya.
“Iya vin… nggaktau kenapa gue ngerasa biasa aja. Apa jangan-jangan gue udah mulai nggak suka ya sama Angel? Lagian selama ini kita juga jarang kontakan.”
“Serius lo kka? Jangan bilang sekarang lo malah suka sama Shilla,” tebak Alvin.
“Gue bingung vin, akhir-akhir ini Shilla ngejauhin gue dan rasanya gue sakit vin. Gue bisa gila karena yang ada di otak gue itu cuma Shilla,” Cakka mengacak-acak rambutnya frustasi.
“Kalo gitu berarti posisi Angel udah tergantikan sama Shilla kka,” ucap Alvin mengambil kesimpulan.
“Tergantikan? Maksudnya gue udah nggak suka lagi sama Angel?”
“Kalo itu sih tanya aja sama diri lo sendiri bro!” ujar Alvin dan meninggalkan Cakka sendirian.
“Apa iya gue suka sama Shilla?” gumamnya lirih.
***
Aku tak tau, entah sampai kapan aku akan bertahan. Bertahan pada pijar-pijar harapan yang mulai luntur. Yang pada akhirnya akan menimbulkan buih-buih kerinduan yang mencekam. Aku berusaha menampung rinduku yang menguak. Melalui sajak angin senja ini aku titipkan salam rinduku padamu.
Apa yang akan kau lakukan ketika kamu tahu bahwa telah sia-sia menanam sebuah harapan kepadanya? Meninggalkannya? Membencinya? Atau tetap memujanya?
Sudah cukup lama Shilla tidak mengunjungi danau belakang rumahnya. Sore ini ia memutuskan untuk pergi kesana, sekedar untuk melihat senja, mungkin senja dapat membantu menetralisir hatinya yang tengah gundah.
Shilla menghirup udara disekitarnya dalam-dalam. Menampung oksigen sebanyak-banyaknya di paru-paru. Danau ini masih sama. Danau yang menjadi saksi bisu awal pertemuannya dengan Cakka. Shilla segera menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Tidak! Ia tidak boleh mengingat hal itu lagi. Hal yang membuatnya berlarut-larut dalam kesedihan. Namun, semakin ia mencoba untuk melupakan, justru rasa rindunya pada Cakka semakin memuncak.
“Ternyata lo nggak berubah ya.. masih menggilai senja,” suara bariton itu mengagetkan Shilla. Reflek, Shilla menengokkan kepalanya ke sumber suara itu.
“Tapi ada yang buat lo berubah Shil… lo jadi ngejauhin gue. Lo berusaha untuk menjauh dari gue. Sebenernya ada apa sih Shill? Gue salah apa sama lo?” Cakka berjalan mendekati Shilla yang masih saja mematung.
“Lo tau nggak Shill? Gue hampir gila gara-gara kelakuan lo akhir-akhir ini. Gue uring-uringan nyariin lo. Tapi kenapa lo selalu menghindar dari gue?”
“Kakak nggak usah capek-capek nyariin aku. Mulai sekarang, anggep aja kita nggak saling kenal,” desis Shilla tajam.
“Kenapa Shill? Sebutin salah gue sama lo! Dan… gue nggak mau kehilangan lo karena…” Cakka menggantungkan ucapannya.
“Gue suka sama lo,” sambungnya kemudian.
“Sebagai adik kan? Udah deh kak, nggak usah ngasih harapan kosong sama aku. Stop sampai disini! Aku udah capek,” Shilla mengalihkan matanya ke arah senja yang semakin indah.
“Gue suka lo sebagai perempuan yang menduduki tahta tertinggi dihati gue,” ucap Cakka.
“Lalu? Gimana sama Kak Angel? Kakak suka sama aku tapi status kakak masih berpacaran sama Kak Angel kan? Kakak egois tau nggak! Kakak jahat!” Shilla mulai menitikkan airmatanya di depan Cakka. Sedari tadi, sekuat tenaga ia menahan agar air mata itu tidah jatuh, tapi pertahanannya runtuh juga.
“Lo tau darimana tentang Angel?”
“Kakak nggak perlu tau aku tau dari mana tentang Kak Angel, yang penting sekarang anggep aja kita nggak pernah ketemu dan nggak saling kenal,” Shilla meninggalkan Cakka sendirian di tepi danau.
“Argghh kenapa harus serumit ini?”
Hingga hampir acara kelulusan, hubungan Cakka dan Shilla tak kunjung membaik. Justru selama ini mereka tak pernah bercengkerama satu sama lain. Hal ini membuat Cakka selalu terbayang-bayang oleh Shilla. Sudah hampir satu bulan yang lalu ia memutuskan hubungannya dengan Angel. Ia berniat untuk mengutarakan perasaannya kembali pada Shilla, namun ia masih ragu kalau Shilla akan menolaknya lagi.
“Vi please bantu gue yaa… ajak dan bujuk Shilla biar dia mau dateng ke acara kelulusan besok malem,” kali ini Cakka berusaha merayu Via untuk membantunya.
“Emang kenapa sih kak? Bukannya kakak udah nggak peduli lagi sama Shilla?”
“Please vi… gue mau ngungkapin perasaan gue ama Shilla. Bantu gue dong yayaya,” Cakkapun mengeluarkan jurus puppy eyesnya.
“Oke deh oke. Nggausah sok melas gitu kali. Tapi kakak harus janji nggak boleh nyakitin hati Shilla lagi.”
“Tanpa lo suruh gue bakal ngelakuin itu vi.”
Pada malam acara kelulusan, semua siswa SMA Global Jaya turut serta meramaikan. Sebenarnya Shilla enggan mengikuti acara ini,tapi setelah dipaksa oleh Via, akhirnya dia mau datang ke acara kelulusan. Kesan pertama yang ia tangkap adalah kebisingan. Jujur, Shilla tidak suka dengan suasana ramai seperti ini. Terlebih akhir-akhir ini ia lebih sering menyendiri dibanding berbaur dengan teman-temanya.
“Gila Shill lo cantik banget sih. Duh kesaing deh gue,” goda Via setiba di acara itu. Shilla hanya tersenyum masam menanggapi Via.
“Dan inilah perwakilan penampilan kelas 12. Lets see!” suara MC menambah keramaian acara. Namun Shilla tetap saja diam dan tak acuh.
“Selamat malam semuanya…”
“Kami perwakilan dari kelas 12 akan membawakan sebuah lagu untuk kalian semua. Lagu ini khusus buat seseorang yang amat gue sayangi.”
Suara itu? Shilla menajamkan penglihatanya kearah panggung. Benar dugaannya. Ternyata disana telah berdiri Cakka sedang menyanyikan lagu I wont give up.
When I look into your eyes
Its like watching the night sky
Or a beautiful sunrise
Well, When I look into your eyes
It’s like watching the night sky
Or a beautiful sunrise
Well, there’s so much they hold
And just like them old stars
I see that you’ve come so far
To be right where you are
How old is your soul?

Well, I won’t give up on us
Even if the skies get rough
I’m giving you all my love
I’m still looking up

And when you’re needing your space
To do some navigating
I’ll be here patiently waiting
To see what you find

‘Cause even the stars they burn
Some even fall to the earth
We’ve got a lot to learn
God knows we’re worth it
No, I won’t give up

I don’t wanna be someone who walks away so easily
I’m here to stay and make the difference that I can make
Our differences they do a lot to teach us how to use
The tools and gifts we got, yeah, we got a lot at stake
And in the end, you’re still my friend at least we did intend
For us to work we didn’t break, we didn’t burn
We had to learn how to bend without the world caving in
I had to learn what I’ve got, and what I’m not, and who I am

I won’t give up on us
Even if the skies get rough
I’m giving you all my love
I’m still looking up, still looking up.

Well, I won’t give up on us
God knows I’m tough enough
We’ve got a lot to learn
God knows we’re worth it I won’t give up on us
Even if the skies get rough
I’m giving you all my love
I’m still looking up there’s so much they hold

“This song specially for you, come on girl, Ashilla Zahrantiara!”
Serentak ruangan itu gegap gempita heboh menyoraki Cakka dan Shilla. Bahkan Dayat tak henti-hentinya bersiul-siul.
“Cieee pasangan lama bersatu kembali suittt suittt!” Dayat semakin heboh melancarkan aksinya. Namun Cakka tak memperdulikan hal itu. Ia segera berjalan menuju ke tempat Shilla berdiri. Bak presiden, semua orang memberi jalan untuk Cakka yang tampak tenang menghampiri Shilla. Tatapan mereka bertemu. Shilla tak bisa melepaskan pandangannya dari tatapan Cakka. Ia merasa sangat rindu akan tatapan itu.
“Shill, maafin gue selama ini udah ngecewain lo. Udah nyakitin lo. Gue tau bue berdosa banget sama lo, tapi gue nggak bisa ngelak kalo sebenernya gue sayang banget sama lo. So.. would you be mine?” ucap Cakka tepat dihadapan Shilla. Cakka masih terus menatap Shilla dengan tatapan mata yang teduh. Tidak hanya Cakka yang menanti jawaban dari Shilla, semua orang yang ada di ruangan itupun penasaran dengan jawaban yang akan diberikan oleh Shilla.
“Yes I would! Im yours now!” ucap Shilla mantap. Ia tidak bisa lagi memungkiri perasannya pada Cakka.
“Really? Thank you baby,” Cakka langsung memeluk Shilla dengan erat. Ia sangat bahagia. Kelewat bahagia malah.
“Ciee cieee PJ nih PJ.” Terdengar sorak sorai dari teman-teman Cakka maupun Shilla. Yang disoraki hanya bisa tersenyum bahagia. Dan akhirnya perasaan kedua remaja ini dapat bertaut. Melahirkan sebuah rasa bahagia tak berujung.
***
“Kak, senjanya indah ya,” Shilla meletakkan kepalanya di bahu Cakka.
“Iya Shill, tapi kamu lebih indah. Lebih idah dari apapun yang ada,” ucap Cakka sambil mengelus rambut Shilla.
“Gombal ih Kak Cakka,” Shilla hanya bisa tersipu malu mendengar ucapan Cakka.
“Iya beneran Shill. Dan aku janji bakal jaga kamu dan nggak pernah ninggalin kamu.”
“Promise?” Shilla menatap Cakka dengan polosnya.
“I promise that dear,” Cakka mengecup puncak kepala Shilla.
Kembali, senja menyaksikan dua anak manusia yang sedang berbalut kebahagiaan. Senja telah setia menjadi penonton aksi drama sepasang remaja ini. Perkenalan, pertengkaran, hingga kemesraan. Senja mampu membuat kita merasakan dua perasaan yang berbeda.